PENERAPAN MATRIKS DALAM KRIPTOGRAFI
(Ilmu Pembacaan Sandi)
by Husnah Mar'ah (120170015)
Definisi Matriks
Matriks adalah suatu kumpulan besaran
(variabel dan konstanta) yang dapat dirujuk melalui indeknya, yang menyatakan
posisinya dalam representasi umum yang digunakan, yaitu sebuah tabel persegi
panjang. Matriks merupakan suatu cara visualisasi variabel yang merupakan kumpulan dari angka-angka atau variabel lain, misalnya vektor. Dengan representasi matriks, perhitungan dapat dilakukan dengan lebih terstruktur. Pemanfaatannya misalnya dalam menjelaskan persamaan linier, transformasi koordinat, dan lainnya. Matriks seperti halnya variabel biasa dapat dimanipulasi, seperti dikalikan, dijumlah, dikurangkan dan didekomposisikan. Contoh matriks:
panjang. Matriks merupakan suatu cara visualisasi variabel yang merupakan kumpulan dari angka-angka atau variabel lain, misalnya vektor. Dengan representasi matriks, perhitungan dapat dilakukan dengan lebih terstruktur. Pemanfaatannya misalnya dalam menjelaskan persamaan linier, transformasi koordinat, dan lainnya. Matriks seperti halnya variabel biasa dapat dimanipulasi, seperti dikalikan, dijumlah, dikurangkan dan didekomposisikan. Contoh matriks:
Algoritma kriptografi yang baik tidak ditentukan oleh
kerumitan dalam mengolah data atau pesan yang
akan disampaikan. Yang penting, algoritma
tersebut harus memenuhi 4 persyaratan berikut:
Kerahasiaan. Pesan (plaintext) hanya
dapat dibaca oleh pihak yang memliki kewenangan.
Autentikasi. Pengirim pesan harus dapat
diidentifikasi dengan pasti, penyusup harus dipastikan tidak bisa berpura-pura
menjadi orang lain.
Integritas. Penerima
pesan harus dapat memastikan bahwa pesan yang dia terima tidak dimodifikasi
ketika sedang dalam proses transmisi data.
Non-Repudiation. Pengirim pesan harus tidak bisa
menyangkal atau membatalkan pesan yang dikirimkan.
Kriptografi pada dasarnya terdiri dari
dua proses, yaitu proses enkripsi dan proses dekripsi. Proses enkripsi adalah
proses penyandian pesan terbuka menjadi pesan rahasia (ciphertext). Ciphertext
inilah yang nantinya akan dikirimkan melalui saluran komunikasi terbuka. Pada
saat ciphertext diterima oleh penerima pesan, maka pesan rahasia tersebut
diubah lagi menjadi pesan terbuka melalui proses dekripsi sehingga pesan tadi
dapat dibaca kembali oleh penerima pesan. Secara umum, proses enkripsi dan
dekripsi dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar Proses Enkripsi dan Dekripsi
Dasar Matematis
Dasar matematis yang mendasari
proses enkripsi dan deskripsi adalah relasi antara dua himpunan yaitu yang
berisi elemen plaintext dan yang berisi elemen cipertext. Enkripsi dan dekripsi
merupakan fungsi transformasi antara himpunan-himpunan tersebut. Apabila
elemen-elemen plaintext dinotasikan dengan P, elemen-elemen ciphertext
dinotasikan dengan C, sedang untuk proses enkripsi dinotasikan dengan E,
dekripsi dengan notasi D, maka secara matematis proses kriptografi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Enkripsi
: E(P)=C
Dekripsi
: D(C)=P atau D(E(P))=P
Pada skema enkripsi konvensional
atau kunci simetrik digunakan sebuah kunci untuk melakukan proses enkripsi dan
dekripsinya. Kunci tersebut dinotasikan dengan K, sehingga proses
kriptografinya adalah :
Enkripsi
: EK(P)=C
Dekripsi
: DK(C)=P atau DK(EK(P))=P
Sedangkan pada sistem asymmetric-key
digunakan kunci umum (public key) untuk enkripsi dan kunci pribadi (private
key) untuk proses dekripsinya sehingga kedua proses tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Enkripsi
: EPK(P)=C
Dekripsi
: DSK(C)=P atau DSK(EPK(P))=P
Penerapan Matriks dalam
Kriptografi
Di
dalam dunia spionase dan militer pesan-pesan yang dikirim seringkali ditulis
dengan menggunakan kode-kode rahasia. Hanya penerima yang sah yang memiliki
kuncinya sehingga dapat membuka sandi itu. Tulisan rahasia semacam ini biasa
disebut kriptogram. Seandainya pesan tersebut jatuh ke tangan lawan,
rahasia akan tetap terjamin jika lawan gagal mendapatkan kuncinya. Oleh sebab
itu makin rumit kriptogram itu makin disukai penggunaannya.
Pemakaian
bilangan sebagai pengganti abjad kerap dijumpai dalam kriptografi. Salah satu
cara penggunaannya adalah
dalam bentuk matriks. Mengapa matriks? Matriks memiliki operasi perkalian yang melibatkan beberapa elemennya sekaligus, sehingga penyidikan terhadap kunci sandinya yang juga berbentuk matriks mustahil dilakukan. Berikut ini contoh pesan dalam bentuk matriks S yang dikirimkan oleh markas besar angkatan bersenjata kepada pasukannya di garis depan.
dalam bentuk matriks. Mengapa matriks? Matriks memiliki operasi perkalian yang melibatkan beberapa elemennya sekaligus, sehingga penyidikan terhadap kunci sandinya yang juga berbentuk matriks mustahil dilakukan. Berikut ini contoh pesan dalam bentuk matriks S yang dikirimkan oleh markas besar angkatan bersenjata kepada pasukannya di garis depan.
Panglima
pasukan di garis depan memiliki kunci sandinya berupa matriks K di bawah
ini
Begitu
diterima, pesan itu langsung diterjemahkan dengan mengalikannya dengan matriks
kunci. Tentu saja perkalian dengan K ini harus dilakukan dari belakang karena
matriks S berorde 5 ´ 3
sedangkan K berorde 3 ´ 3.
Hasil kalinya adalah matriks P:
Konversi
bilangan ke abjad menggunakan cara yang sederhana sekali yaitu 1 = A
sampai 6 = Z, tetapi masih menggunakan apa yang disebut sebagai modulus
29. Bilangan 47 pada baris 1 kolom 3 harus dikurangi 29 dulu sebelum
dikonversikan ke abjad. Semua bilangan
yang tidak berada dalam range 1-26 harus ditambah atau dikurangi dengan
kelipatan 29. Dari konteks kalimatnya 2 bilangan terakhir tidak perlu
dikonversikan, lagipula bilangan 0 memang tidak dapat dikonversikan. Jadi pesan
dari markas besar berbunyi : SERBU BESOK JAM 10.
Sekarang
mari kita lihat bagaimana pesan abjad pada matriks P diubah ke dalam
matriks S sebelum dikirimkan. Tentu saja di sini berlaku operasi
matriks:
P.K-1 = S.K.K-1
S
= P.K-1
Matriks K-1adalah
invers matriks K, matriks inilah yang dipakai si pengirim untuk membuat
kriptogramnya. Jadi K dan K-1adalah sepasang matriks kunci yang
memang diberikan kepada mereka yang berhak. Dengan mudah anda dapat mencari K-1.
Perkalian
biasa antara P dan K-1
jelas akan menghasilkan bilangan
yang besar-besar pada matriks hasil perkaliannya. Oleh sebab iu dipakai teknik
modulus 29 di atas. Bagi si pengirim, semua bilangan pada P yang lebih besar
daripada 15 terlebih dulu dikurangi dengan 29, P menjadi P’.
Kemudian
P’ ini yang dikalikan dengan K-1 menghasilkan S’.
Bilangan
besar-besar yang ada di S‘ sekali lagi dikenali modulus 29
supaya lebih enak dilihat, maka muncullah matriks S yang dikirimkan tadi.
Terasa sekali bahwa aplikasi matriks dalam hal ini sangat efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar